THR cair = dompet tebal = hati senang… tapi kok banyak yang malah resign?
HR kebingungan, atasan bertanya-tanya, dan yang bertahan mulai penasaran, “Ada apa nih?” Apakah ini strategi keuangan atau justru ada masalah di kantor? Yuk, kita bahas!
Kenapa banyak yang memilih resign setelah dapat THR?

Resign setelah THR bukan sekadar tren tahunan, tapi didorong oleh beberapa faktor utama:
- Gaji dan Tunjangan yang Tidak Kompetitif
Setelah menerima THR, banyak karyawan mengevaluasi apakah gaji mereka sudah cukup kompetitif dibandingkan perusahaan lain. Jika tidak, mereka memilih mencari tempat yang menawarkan kompensasi lebih baik. - Kurangnya Peluang Pengembangan Karier
Jika setelah bertahun-tahun di perusahaan seseorang merasa kariernya stagnan, momen setelah THR bisa jadi titik balik untuk mencari tantangan baru.
- Beban Kerja Tidak Seimbang dengan Penghargaan
Beberapa karyawan merasa bahwa meskipun mereka bekerja keras, kompensasi yang diterima tidak setimpal. THR hanya jadi ‘hadiah sementara’ yang tidak mengubah kondisi kerja mereka dalam jangka panjang.
Apakah ini tanda ada masalah dalam perusahaan?
Lonjakan resign setelah THR bisa menjadi sinyal bahwa ada masalah internal yang perlu diperbaiki, seperti:
- Tingkat Kepuasan Karyawan yang Rendah
Jika banyak karyawan meninggalkan perusahaan, bisa jadi mereka tidak merasa dihargai atau tidak puas dengan lingkungan kerja. - Kurangnya Transparansi dalam Kenaikan Gaji dan Promosi
Karyawan cenderung bertahan di perusahaan yang menawarkan jalur karier yang jelas. Jika sistem promosi dan kenaikan gaji tidak transparan, mereka akan mencari tempat lain yang lebih adil.
- Budaya Kerja yang Tidak Sehat
Lingkungan kerja yang toxic atau kurang apresiatif bisa membuat karyawan tidak betah, sehingga mereka menunggu waktu yang tepat untuk pergi.
Dampak bagi perusahaan dan karyawan yang bertahan
Resign massal setelah THR dapat menimbulkan beberapa dampak, di antaranya:
- Tingkat Stres di Tempat Kerja Meningkat
Karyawan yang bertahan harus menanggung beban kerja tambahan karena rekan-rekan mereka pergi. - Reputasi Perusahaan Bisa Terdampak
Jika turnover tinggi, perusahaan bisa dianggap sebagai tempat kerja yang kurang stabil, sehingga sulit menarik kandidat berkualitas.
- Penurunan Kinerja dan Efisiensi
Ketika banyak posisi kosong, proyek bisa tertunda, dan pelayanan ke pelanggan mungkin terganggu.
Langkah perusahaan untuk mengurangi gelombang resign
Agar perusahaan tidak kehilangan terlalu banyak talenta setelah THR, beberapa langkah bisa diterapkan:
- Perbaiki Sistem Kesejahteraan dan Kenaikan Gaji
Pastikan gaji, tunjangan, dan bonus yang diberikan kompetitif dengan standar industri. - Tingkatkan Keterlibatan Karyawan dengan Program Penghargaan
Berikan apresiasi kepada karyawan yang bertahan, baik dalam bentuk bonus retensi, pengakuan, atau peluang promosi.
- Ciptakan Budaya Kerja yang Lebih Sehat
Meningkatkan komunikasi antara manajemen dan karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang suportif bisa membantu menekan angka resign.

Lonjakan resign setelah THR bukan sekadar tren, tapi cerminan kondisi kerja dan strategi finansial karyawan. Bagi karyawan, pastikan resign adalah keputusan matang, bukan sekadar ikut-ikutan. Sementara itu, perusahaan harus melihat ini sebagai momentum untuk meningkatkan kesejahteraan dan retensi karyawan.
Ingin mengelola karyawan lebih efektif dan mencegah turnover tinggi? Gunakan BEST HR, solusi HRIS yang membantu perusahaan dalam manajemen karyawan, payroll, dan analisis retensi! Coba sekarang #pakebesthr